Kamis, 08 Januari 2015
Bersih Pangkal Sehat
Masih ingatkah kita dengan pepatah “Bersih Pangkal Sehat”? Masih terekam di dalam benak kata-kata
tersebut jelas tertuliskan di papan depan kelas 1 sebuah sekolah dasar pada tahun 1998. Bukti, sedari kecil kita sudah diajarkan arti pentingnya kebersihan yang akan berdampak pada kesehatan.
“Kebersihan adalah”, tutur sang idola, “sebagian dari iman”
Kita diajarkan dari kecil untuk bisa menjaga kebersihan agar sehat untuk mempermudah menjalankan berbagai aktivitas sehari-hari. Bagaimana mungkin akan bisa beraktivitas jika badan ini sakit?
Pepatah yang singkat tapi memiliki makna yang mendalam. Bagi setiap manusia yang mampu menjaga kebersihan maka dia akan menjadi sehat. Kebersihan di sini tidak hanya kebersihan lingkungan sekitanya tapi mencakup kebersihan pikiran dan kebersihan hati.
Barang siapa mampu menjaga kebersihan diri maka dirinya pun akan sehat. Dikaitkan dengan kebersihan pikiran dan kebersihan hati maka jika seseorang mampu menjaga kebersihan pikiran dan hatinya maka pikiran dan hatinya akan menjadi sehat dalam artinya terhindari dari hal-hal tidak terpuji (kotor).
Sejak kecil kita diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan, diri, hati dan pikiran. Tetapi, semakin bertambah usia, diri ini semakin bandel untuk menjaganya terlebih untuk kebersihan hati dan kebersihan pikiran.
Hati dan pikiran kita biarkan terkotori oleh hal-hal yang tak terpuji bahkan kita menjalani hal-hal tersebut tanpa ada rasa bersalah sedikit pun. Hati dan pikiran itu ibarat sebuah cermin yang jika dimasukin kotoran (dosa) dia akan membekas menjadi noda-noda di cermin. Semakin banyak hal-hal kotor yang dimasukkan ke dalam hati dan pikiran maka akan semakin banyak pula noda-noda yang menempel cermin tersebut.
Ketika kita bercermin apakah cermin yang kotor yang kita pilih? Ataukah cermin yang bersih, bening tanpa noda?
Tentu kita akan memilih cermin yang bersih, bening tanpa noda. Begitu pula ketika kita harus memilih barang-barang ataupun sesuatu lainnya. Kita akan lebih enak dan sedap memandang hal atau sesuatu yang bersih. Tetapi, mengapa kita tak mau untuk membersihkan jiwa dan pikiran yang selama ini kotor?
Seorang teladan yakni nabi diutus untuk umatnya untuk memperbaiki akhlak. Akhlakul karimah (akhlak yang terpuji) adalah harapan setiap manusia agar bisa menempel di dalam dirinya. Dengan akhlak tersebut diri manusia menjadi bersih sehingga ditemukanlah manusia yang sehat.
Apakah kita sudah mempertahankan ajaran yang diajarkan oleh guru-guru kita sewaktu kecil? Ajaran yang sangat sederhana kelihatannya tetapi sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran menjaga kebersihan yang akan berdampak pada kesehatan, sehingga wajarlah jika terbentuk sebuah petuah singkat yang berbunyi, bersih pangkal sehat.
Umat Islam pun sebelum melaksanakan shalat harus bersih terlebih dahulu, bersih dari hadats besar dan hadats kecil. Jika ia berhadats besar maka cara membersihkannya dengan mandi besar, jika ia berhadats kecil maka cara membersihkannya cukup dengan berwudhu.
Shalat seorang hamba tanpa wudhu maka tidak akan diterima. Ini mengisyaratkan bahwa seseorang jika hendak melaksanakan shalat harus dalam keadaan suci dan bersih.
Jika dikaitkan dengan kehidupan berarti kita pun harus bisa menjaga kebersihan lingkungan, badan, jiwa dan pikiran masing-masing.
Lingkungan bersih berarti kita telah menciptakan lingkungan sehat yang terhindar dari berbagai penyakit, badan yang sehat pun akan menjadikan diri ini mudah untuk beraktivitas terutama untuk beribadah. Bayangkan jika kita dalam kondisi sakit maka tidak akan mudah dalam menjalankan ibadah dan aktivitas sehari-hari.
Jiwa yang bersih berarti kita telah menjaga jiwa (hati) dari hal-hal yang tidak terpuji sehingga jiwa tak tersakit. Apa dampaknya jika jiwa ini tersakiti? Apabila jiwa ini tersakiti maka dia dengan mudah melakukan berbagai hal yang buruk tanpa banyak pertimbangan sehingga manusia harus menambah dosa yang dimiliki. Dari jiwa yang tersakiti pula dia akan semakin berani dan semakin menjauh dari-Nya. Segala perintah-Nya dia langgar dan segala larangan-Nya dia kerjakan. Apakah kita ingin seperti itu?
Pikiran yang bersih akan membantu diri kita dalam berpikir jernih sehingga jika ada hal-hal yang membuat diri ini tak tenang maka dengan pikiran yang jernih dan bersih akan dicari solusinya. Tapi, jika pikiran kotor yang dimiliki berbagai hal-hal yang buruk pun akan dilakukan tanpa terkendali. Pikiran kotor sama halnya jiwa yang kotor yang akan berujung pada dosa dan pada akhirnya harus ditempatkan diseburuk-buruknya tempat.
Dengan menjaga kebersihan baik lingkungan, badan, jiwa dan pikiran akan terwujudnya suatu keindahan yang dihiasi dengan berbagai amal kebaikan. Keindahan yang semua orang pun menginginkannya. Tapi, tak semua orang mampu untuk menciptakannya.
Dari bersih akan berbuah indah dan sehat. Dari indah dan sehat itu akan berbuah kembali kebaikan-kebaikan yang akan mengantarkan manusia pada pahala-pahala. Pahala-pahala itulah yang akan mendekatkan sang insan menuju keridhaan-Nya.
Jagalah kebersihan lingkungan, badan, pikiran , jiwa dan kebersihan lainnya. Sebab, kebersihan akan mendatangkan kebaikan yang akan membuat seseorang menjadi tenang dan bahagia.
Bersih pangkal sehat, wujudkanlah petuah yang sudah lama kita ketahui tersebut. Jangan sampai hilang dimakan waktu. Sebuah nasihat yang sejak kecil telah ditanamkan setiap manusia agar kelak dia mendapatkan kebaikan dan semakin mendekatkan dirinya kepada Sang Kholiq.
Bukankah Allah itu menyukai yang bersih? Masih ingatkah kita dengan hadits yang menjelaskannya?
“Sesungguhnya Allah itu Maha Bersih dan senang terhadap kebersihan” (HR. at-Tirmidzi)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar